Tafsir Al Ahzab Ayat 9-20
Ayat 9-17: Mengingatkan karunia
Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum
mukmin dengan diberi-Nya pertolongan dalam perang Ahzab, serta membongkar kedok
kaum munafik.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ
تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (٩) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ
فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ
الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (١٠) هُنَالِكَ
ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا (١١) وَإِذْ يَقُولُ
الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ إِلا غُرُورًا (١٢) وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ
يَثْرِبَ لا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ
النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ
يُرِيدُونَ إِلا فِرَارًا (١٣) وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطَارِهَا
ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لآتَوْهَا وَمَا تَلَبَّثُوا بِهَا إِلا يَسِيرًا (١٤) وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللَّهَ مِن قَبْلُ لا يُوَلُّونَ
الأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللَّهِ مَسْؤُولا (١٥) قُل لَّن يَنفَعَكُمُ
الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لّا
تُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلا (١٦) قُلْ مَن ذَا الَّذِي
يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ
رَحْمَةً وَلا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (١٧)
Terjemah Surat Al Ahzab Ayat 9-17
9. [1]Wahai orang-orang yang beriman!
Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika bala
tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala
tentara yang tidak dapat terlihat olehmu[2]. Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.
10. (Yaitu) ketika mereka datang
kepadamu dari atas dan dari bawahmu[3], dan ketika penglihatanmu terpana[4] dan hatimu menyesak sampai ke
tenggorokan[5] dan kamu berprasangka yang
bukan-bukan terhadap Allah[6].
11. Disitulah diuji orang-orang
mukmin[7] dan digoncangkan (hatinya) dengan
goncangan yang dahsyat[8].
12. Dan (ingatlah) ketika
orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit[9] berkata, "Yang dijanjikan Allah
dan Rasul-Nya kepada Kami hanya tipu daya belaka[10].”
13. Dan (ingatlah) ketika segolongan
di antara mereka[11] berkata, "Wahai penduduk
Yatsrib (Madinah)![12] Tidak ada tempat bagimu, maka
kembalilah kamu[13].” Dan sebahagian dari mereka
meminta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata,
"Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)[14].” Padahal rumah-rumah itu tidak
terbuka, mereka hanyalah hendak lari.
14. Dan kalau (Madinah) diserang
dari segala penjuru, dan mereka diminta agar melakukan fitnah[15], niscaya mereka mengerjakannya; dan
hanya sebentar saja mereka menunggu[16].
15. Dan sungguh, mereka sebelum itu
telah berjanji kepada Allah, tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan
perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungjawabannya.
16.
Katakanlah (Muhammad)[17], "Lari tidaklah berguna
bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan[18], dan jika demikian (kamu terhindar
dari kematian)[19] kamu hanya akan mengecap kesenangan
sebentar saja.”
17. [20]Katakanlah, "Siapakah yang
dapat melindungi kamu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu[21]?" Mereka itu tidak akan
mendapatkan pelindung[22] dan penolong[23] selain Allah[24].
Ayat 18-20: Celaan kepada
orang-orang yang lari dari peperangan, terlebih kepada mereka yang mengendorkan
semangat jihad.
قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنْكُمْ وَالْقَائِلِينَ
لإخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلا قَلِيلا (١٨)
أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ
تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ
الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولَئِكَ
لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرًا (١٩)يَحْسَبُونَ الأحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِنْ يَأْتِ الأحْزَابُ
يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الأعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ
وَلَوْ كَانُوا فِيكُمْ مَا قَاتَلُوا إِلا قَلِيلا (٢٠)
Terjemah Surat Al Ahzab Ayat 18-20
18. [25]Sungguh, Allah mengetahui
orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang yang berkata
kepada saudara-saudaranya, "Marilah (kembali) bersama kami.” Padahal
mereka datang berperang hanya sebentar[26],
19. Mereka kikir terhadapmu[27]. Apabila datang ketakutan (bahaya),
kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik
seperti orang yang pingsan karena akan mati[28], dan apabila ketakutan telah hilang[29], mereka mencaci kamu dengan lidah
yang tajam[30], sedang mereka kikir untuk berbuat
kebaikan[31]. Mereka itu tidak beriman, maka
Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.
20. Mereka mengira (bahwa)
golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi[32], dan jika golongan-golongan (yang
bersekutu) itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun
bersama-sama orang Arab Badui[33], sambil menanyakan berita tentang
kamu[34]. Dan sekiranya mereka berada
bersamamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja[35].
Catatan
Kaki
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan kepada
hamba-hamba-Nya yang mukmin nikmat-Nya kepada mereka dan mendorong mereka untuk
mensyukurinya, yaitu ketika datang kepada mereka penduduk Mekah dan Hijaz dari
atas mereka, penduduk Nejd dari bawah mereka, dan mereka bekerja sama dan
bersekutu untuk memusnahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabatnya, yaitu pada saat perang Khandaq. Pasukan yang bersekutu itu juga
dibantu oleh orang-orang Yahudi yang berada di sekitar Madinah, sehingga mereka
datang menyerang kaum muslimin dalam jumlah yang besar. Ketika itu parit telah
dibuat di sekitar Madinah, dan musuh telah mengepung Madinah, keadaan pun
menjadi parah sampai hati mereka menyesak ke tenggorokan dan banyak yang
berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah karena mereka melihat sebab-sebab
kehancuran mereka dari berbagai arah, dan pengepungan itu terus berlalu dalam
beberapa hari.
[2] Ayat ini menerangkan kisah Ahzab, yaitu golongan-golongan
yang dihancurkan pada perangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya.
Yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu lihat adalah para malaikat
yang sengaja didatangkan Allah untuk menghancurkan musuh-musuh-Nya itu.
[5] Maksudnya ialah menggambarkan bagaimana hebatnya perasaan
takut dan perasaan gentar pada waktu itu.
[6] Seperti menyangka bahwa Allah tidak akan memenangkan
agama-Nya dan tidak akan meninggikan kalimat-Nya.
[8] Ketika itu kelihatan sekali –wal hamdulillah- keimanan kaum
mukmin, iman mereka menjadi bertambah dan keyakinan mereka meningkat sehingga
mereka mengungguli kaum mukmin di masa lalu dan di masa mendatang. Ketika itu,
kaum mukmin berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya, dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya.” Peristiwa itu malah menambah iman mereka.
Berbeda dengan orang-orang munafik, mereka malah berkata, “Yang dijanjikan
Allah dan Rasul-Nya kepada Kami hanya tipu daya belaka.”
[10] Inilah kebiasaan orang-orang munafik ketika menghadapi
cobaan, imannya tidak kokoh, dan melihat dengan pandangannya yang pendek kepada
keadaan saat itu.
[11] Yaitu kaum munafik. Ketika mereka keluh kesah, kurang
kesabarannya, sehingga menjadi orang-orang yang mengendorkan semangat kaum
mukmin.
[12] Mereka melupakan nama yang baru bagi kota itu, yaitu
Madinah. Hal ini menunjukkan bahwa agama dan persaudaraan iman tidak memiliki
arti apa-apa dalam hati mereka.
[13] Ke rumah-rumahmu di Madinah. Ketika itu mereka keluar
bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke gunung Sila’ yang berada di luar
Madinah untuk berperang. Golongan kaum munafik ini adalah golongan yang paling
buruk dan paling merugikan, melumpuhkan jihad dan jelas sekali, bahwa mereka
tidak memiliki kemampuan untuk melawan musuh. Selain golongan ini ada pula
golongan yang lain, yang berada di belakang, mereka berada di belakang karena rasa
takut dan sifat pengecut, mereka lebih suka di belakang barisan, sehingga
mereka mengemukakan berbagai alasan yang batil agar dimaafkan sebagaimana yang
dijelaskan dalam lanjutan ayat di atas.
[14] Yakni dalam bahaya, dan kami mengkhawatirkan serangan musuh
terhadapnya, sedangkan kami tidak berada di sana. Oleh karena itu, izinkanlah
kepada kami untuk pulang, agar kami dapat menjaga rumah kami. Ucapan mereka ini
sebagaimana dalam ayat di atas adalah dusta. Iman mereka lemah, dan tidak kokoh
ketika menghadai fitnah.
[16] Mereka tidak memiliki kekuatan dan kekokohan di atas agama,
bahkan dengan berkuasanya musuh, mereka segera memberikan apa yang musuh
inginkan. Seperti inilah keadaan mereka. Padahal, mereka telah berjanji kepada
Allah untuk tidak mundur, sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
[17] Kepada mereka sambil mencela mereka dan memberitahukan,
bahwa hal itu tidaklah berfaedah apa-apa bagi mereka.
[18] Meskipun kamu berada di rumahmu, niscaya orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh akan keluar juga ke tempat mereka terbunuh.
Sebab hanyalah bermanfaat jika tidak berbenturan dengan qadha’ dan qadar, akan
tetapi apabila berbenturan dengan qadar, maka segala sebab akan lenyap, dan
semua wasilah (sarana) yang disangka seseorang bermanfaat akan sia-sia.
[19] Ketika kamu melarikan diri agar selamat dari mati atau
terbunuh, lalu kamu dapat bersenang-senang di dunia.
[20] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan, bahwa
semua sebab tidaklah berguna bagi seorang hamba apabila Allah menghendaki
bencana atas dirinya.
[21] Karena sesungguhnya Dialah Allah yang memberi dan
menghalangi, yang memberi manfaat dan yang menimpakan madharrat; tidak ada yang
mendatangkan kebaikan selain Dia dan tidak ada yang dapat menghindarkan bencana
selain Dia.
[24] Oleh karena itu, hendaklah mereka menaati Tuhan yang
sendiri mengatur segala urusan, yang kehendak-Nya berlaku, qadar-Nya berjalan,
dan tidaklah bermanfaat pelindung dan penolong jika Dia tidak melindungi dan
menolong.
[25] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam
orang-orang yang menghalang-halangi dan mengendorkan semangat kaum muslimin.
[26] Karena riya’ atau sum’ah. Mereka adalah orang yang paling
ingin tidak ikut berperang karena tidak adanya pendorong untuk itu, yaitu iman
dan sabar, dan adanya hal yang menghendaki untuk bersikap pengecut, berupa
kemunafikan dan tidak adanya iman.
[27] Mereka kikir mengorbankan jiwa untuk berperang, dan kikir
mengorbankan harta untuknya. Oleh karena itu, mereka tidak berjihad dengan jiwa
dan hartanya.
[28] Karena sifat pengecut yang mencopot hati mereka dan gelisah
yang membuat mereka lupa segalanya dan takut jika mereka dipaksa untuk hal yang
mereka benci, yaitu perang.
[30] Mereka akan berbicara dengan kata-kata yang keras dan
mengemukakan dakwaan yang tidak benar. Ketika itu, mereka tampil seakan-akan
sebagai orang-orang yang berani.
[31] Mereka tidak mau mengorbankan milik mereka sedikit pun,
tetapi mereka menuntut ghanimah. Ini adalah keadaan yang sangat buruk yang ada
dalam diri seseorang. Kikir untuk berbuat yang diperintahkan, kikir
mengorbankan harta di jalan Allah, kikir mengorbankan jiwa di jalan Allah,
kikir dengan apa yang ada padanya, seperti kedudukannya sehingga tidak mau
membantu orang lain, kikir dengan ilmunya, nasihatnya dan pendapatnya sehingga
tidak memberikannya kecuali jika ia memperoleh keuntungan. Berbeda dengan
orang-orang mukmin, Allah menjaga mereka dari kekikiran diri mereka, diberi-Nya
mereka taufik untuk mengerjakan apa yang diperintahkan, mereka rela
mengorbankan jiwa dan harta mereka di jalan-Nya untuk meninggikan kalimat-Nya,
mereka senang memberikan harta mereka pada pos-pos kebaikan, demikian pula
memberikan bantuan kepada orang lain dengan kedudukan dan ilmu mereka.
[33] Mereka tidak ingin tinggal di Madinah dan tidak ingin dekat
dengannya, dan ingin bersama dengan orang-orang Arab baduwi.
Diunduh Oleh: Suyono S. Adiraharja. E-mail: bisarumangsa@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar