Supported by Blogaul

Kamis, 14 Februari 2013

Kita Masih Bisa Diam



Kita Masih Bisa Diam
Suyono S. Adiraharja


Kita masih bisa diam, ketika ikan-ikan
di celah timor kehilangan keramba. Nelayan pun
menebar jaring di bawah sorot mata beringas.

Masihkah kita  bisa diam, saksikan luka Timika.
Kakinya terjerat pusaran waktu tak berujung.
Lihatlah lelaki berkoteka itu! Mereka hanya bisa
mengais pelepah kering di tengah pesta panen sagu.

Kita masih bisa diam, demi ksatria pilihan ditarik
ke barak. Senayan lantang berorasi tentang supremasi.
Sayang, ia gagap membaca teks proklamasi.

Masihkan kita bisa diam, saksikan berjuta mutiara
hanyut terbawa ombak negeri jiran.
Dari demarkasi Entikong hingga pulau Sebatik,
aku menanti serdadu berwajah coreng-moreng..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar